Kala insan tlah terlalu banyak menghirup kebahagiaan.
Ketika bumi tak lagi mampu memberikan surga nan elok dalam keharuman.
Bukankan masih ada secercah aroma khas dedaunan kering,
yang usang di atas tanah gersang?
Lalu mengapa alam biarkan kami menghirup racun-racun manis,
dari serakkan debu di tiap petak pijakkan.
Kekacauan bahkan lebih setia mendampingi kami dalam tiap musim.
Bahkan melebihi setia sang Surya kala menanti hadirnya Purnama tercinta.
Lalu pantaskah kami anak-anak manusia ini,
tetap menikmati racun-racun yang kami ciptakan sendiri,
dalam setiap mikro partikel bebas di sistem tata ruang dimensi jagad lepas?
Dan apalah arti kami, para pujangga yang selalu mengembara tanpa adanya keindahan rasa bahagia.
-K-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar